fbpx

Gulfside Chiropractic Health Center

Ternyata, Pizza Tak Masuk Kategori Junk Food

 Pizza selama ini dikenal sebagai makanan yang tidak sehat alias junk food. Namun, ternyata asumsi itu tak sepenuhnya benar. Sebab, selama makanan ini disajikan dengan toping sayur, pizza juga memenuhi angka kecukupan gizi yang dibutuhkan. “Kan topingnya ada tomat, paprika, daging, ayam, keju, dan rotinya sendiri terbuat dari tepung. Jadi selama pizza itu dibuat dari bahan-bahan yang fresh dengan toping yang mengandung protein dan sayur-sayuran maka tidak bisa dibilang junk food,” kata Rahmi Dwi Hapsari, S. Si. T, S.Gz, ahli gizi dari RSCM pada acara “Pizza Maker Juniors” yang diselenggarakan Pizza Hut dan PHD 500600 di Jakarta, Kamis, (20/10/2014). Bahkan, lebih lanjut Rahmi menjelaskan, pizza memiliki kalori yang setara dengan asupan makan siang anak. Namun sebaiknya para ibu tetap mendampinginya dengan jus buah-buahan. “Satu slice pizza terdiri dari 600 sampai 800 kalori. Sedangkan seorang anak, kecukupan kalori per hari adalah 1.700 kalori jadi sudah hampir setengah dari kebutuhan kalorinya per hari dengan makan satu slice pizza,” lanjutnya. Namun, Rahmi menekankan bahan-bahan yang digunakan dalam membuat pizza sebaiknya adalah bahan yang fresh terlebih pizza pun bisa diberikan toping sayuran sebagai bahan makanan yang disukai oleh para penyuka sayuran https://www.wizeguyzpizza.com/. Sehingga segala kebutuhan yang diperlukan anak mulai dari karbohidrat, protein, lemak, hingga serat ada di dalam seporsi pizza. “Semua bahan yang dipakai membuat pizza masih fresh , terlebih bisa diolah dengan diberikan sayuran karena kita tahu kalau sayuran tidak bisa bertahan lama bila disimpan,” tambahnya. Kendati demikian, dirinya juga mengatakan kalau pizza juga bisa diolah dari adonan yang telah didinginkan atau yang dikenal dengan frozen namun zat gizinya berkurang. “Kalau pizza dibuat dengan frozen maka kandungan vitamin, dan kalori juga menjadi berkurang sehingga rasanya pun juga tidak seenak yang fresh,” tuturnya.

Hubungan Otak dan Comfort Food

Seorang psikolog klinis, pembicara, dan konsultan, Rachel Goldman, mengatakan bahwa selain untuk bertahan hidup, makanan memiliki makna yang jauh lebih besar bagi manusia. Menurut Goldman, manusia memiliki emosional dan sosial yang kuat dengan makanan. “Makanan terkait dengan emosi, ingatan, dan perasaan. Oleh karena itu, makanan berperan penting dalam hidup kita. Kita mudah terikat pada makanan tertentu karena asosiasi berbeda yang kita miliki dengan makanan itu,” jelas Goldman. Pikiran, emosi, dan perilaku seseorang terkait dengan makanan. Dengan begitu, perilaku makan seseorang sangat memengaruhi dirinya dalam berbagai cara. “Banyak orang makan bukan hanya untuk bertahan hidup atau karena mereka lapar, tetapi untuk kesenangan dan untuk menenangkan emosi tertentu. Kami menyebutnya makan emosional,” jelas Goldman kepada Verywell Fit. “Otak kita segera merespons kepuasan dan kesenangan. Oleh karena itu, ketika kita makan, itu memicu pelepasan dopamin. Dorongan langsung perasaan senang ini dapat membuat kita berperilaku secara positif dengan memberi tahu bahwa kita puas,” tutupnya.

click here

casino online